ARINA HIDAYAH
XI IPA 3
07
Bencana
alam silih berganti melanda Indonesia.Setelah banjir bandang di Wasior,
Papua Barat,tsunami setinggi tiga meter menghantam Kabupaten Kepulauan
Mentawai, Sumatera Barat (Sumbar),Senin malam (25/10).
Bencana
alam yang diawali gempa bumi berkekuatan 7,2 Skala Richter (SR) itu
mengakibatkan 112 orang tewas dan 502 hilang. Data jumlah korban itu
terungkap dalam rapat koordinasi penanggulangan gempa dan tsunami
Mentawai yang dipimpin Gubernur Sumbar Irwan Prayitno dan dihadiri
Bupati Mentawai, Edison Saleuleubaja, di Padang tadi malam. Ribuan
warga Mentawai dilaporkan mengungsi ke berbagai lokasi yang lebih aman.
Pengiriman bantuan ke lokasi bencana masih terkendala cuaca buruk di
perairan Laut Mentawai. Upaya pencarian terhadap korban tsunami masih
dilakukan,sehingga kemungkinan data jumlah korban masih bisa berubah.
“
Tim gabungan masih berupaya mencari korban yang hilang di titik-titik
yang diduga terkena dampak bencana tsunami,” kata Kepala Pelaksana
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar Harmensyah saat
dihubungi SINDOtadi malam. Gempa bumi berkekuatan 7,2 SR mengguncang
Kabupaten Mentawai, Sumatera Barat (Sumbar), Senin (25/10) malam pukul
21.42 WIB. Pusat gempa berada di 3.61 Lintang Selatan – 99.93 Bujur
Timur dan berkedalaman 10 km.Gempa berlokasi 78 km barat daya Pagai
Selatan,Mentawai. Kondisi Kabupaten Kepulauan Mentawai pascagelombang
tsunami kemarin memprihatinkan.
Menurut
keterangan Ketua DPRD Mentawai Hendri Dori, masyarakat di Kepulauan
Mentawai, khususnya di Kecamatan Pagai Utara dan Pagai Selatan sudah
kehabisan makanan karena persediaan yang ada di rumah dan di warung
lenyap tersapu tsunami.“Untuk menyambung hidup mereka harus makan ubi,
talas, dan dedaunan. Mereka juga butuh kantong mayat,”katanya. Sampai
saat ini tim dari Basarnas, dibantu TNI, masih berusaha menembus lokasi
kejadian yang cukup sulit dijangkau. Kepala Pusat Penanggulangan
Krisis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Mudjiarto menyatakan kemarin
sore telah memberangkatkan Tim Kesehatan Sumbar sebanyak 12 orang dan
perlengkapannya menuju Kepulauan Mentawai.
Mereka
terdiri atas satu dokter ahli bedah, dua asisten dokter bedah, satu
ahli anestesi, satu perawat anestesi,dua perawat gadar, satu dokter
umum, satu ahli gizi, satu orang surveilan, dan dua staf logistik.
“Bersama itu juga dikirimkan obat-obatan dan 200 kantong mayat,”
ujarnya lewat pesan singkat kepada SINDO. Berbeda dengan data BPBD
Sumbar, menurut Kementerian Kesehatan, data sementara yang diperoleh
dari Dinas Kesehatan Sumbar hingga pukul 20.00 WIB tadi malam
menyebutkan jumlah korban tewas akibat gempa dan tsunami di kabupaten
Kepulauan Mentawai mencapai 113 orang. Rinciannya, 20 orang di Kecamatan
Pagai Selatan,58 orang di Kecamatan Pagai Utara,18 orang di Kecamatan
Sipora Selatan, dan 7 orang di Kecamatan Sikakap.
Total
korban hilang sebanyak 150 orang,dengan angka terbanyak di Pagai Utara
(140 orang).Sisanya 5 orang di Sipora,4 orang di Pagai Selatan, dan 1
orang di Sikakap. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
langsung melakukan koordinasi dan pendampingan kepada BPBD Sumbar untuk
melakukan evakuasi pengungsi dan korban tewas.“Kami menggerakkan tim
dari pusat untuk melakukan pendampingan dan koordinasi penanggulangan,
termasuk mengoordinasikan pemberian bantuan. Untuk bencana Mentawai
ini,Pak Kepala (Syamsul Maarif) sudah langsung ke sana,” kata anggota
tim reaksi cepat BNPB Furqon Hafidz yang menjaga posko BNPB di Jakarta
kemarin.
Personel
BNPB yang dikerahkan ke Mentawai sampai saat ini belum ditentukan
karena masih melihat kebutuhan pendampingan dan koordinasi.BNPB juga
terus memonitor bencana yang terjadi secara berantai. Dari longsor di
Wasior, Papua Barat; Letusan Gunung Merapi di Yogyakarta; maupun
bencana gempa dan tsunami di Mentawai. Dari luar negeri, Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mempertimbangkan untuk mempersingkat
kunjungan kerjanya di Vietnam lantaran bencana tsunami di Mentawai dan
letusan Gunung Merapi. Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha
mengatakan bahwa Presiden terus memantau perkembangan di Tanah
Air,terutama tentang penanganan tanggap darurat di Mentawai.
“Sampai
saat ini Presiden masih menunggu laporan dari Wapres, terutama setelah
Wapres berkunjung ke Mentawai Rabu pagi. Jadi sampai sekarang masih
jadi pertimbangan untuk kembali ke Jakarta dengan cepat,”ujar Julian
yang berada di Hanoi kepada SINDO tadi malam. Presiden SBY dan
rombongan Senin (25/10) lalu bertolak ke China dan Vietnam dalam rangka
kunjungan kerja dan menghadiri KTT ASEAN.Gempa bumi berkekuatan 7,2 SR
yang disertai tsunami di Mentawai membuat Presiden segera menggelar
rapat koordinasi terbatas di hotel tempat rombongan menginap. Dalam
rapat tersebut Presiden juga secara langsung berkomunikasi dengan
Wapres Boediono.
Julian
mengatakan, Presiden SBY mendapatkan kabar dari Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif tentang korban tsunami di
Mentawai dan meletusnya Gunung Merapi saat Presiden masih dalam
penerbangan dari China menuju Hanoi, Vietnam. Rapat tadi malam
berlangsung selama hampir 1,5 jam dan diikuti oleh seluruh menteri yang
ikut dalam rombongan. Presiden menginstruksikan TNI Angkatan Udara
segera menerjunkan bantuan ke Mentawai agar proses evakuasi korban bisa
berjalan dengan baik. “Mentawai wilayah yang agak sulit terjangkau
selain dengan angkutan laut dan udara. Karena itu bantuan ke Mentawai
harus dipercepat melalui udara dan TNI AU diinstruksikan untuk
sepenuhnya membantu,”paparnya.
Kepala
Pusat Seismologi Teknik dan Geopotensial Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Soehardjono mengatakan, salah
satu kelemahan dalam memprediksi terjadinya gempa di Indonesia adalah
kurangnya info dan analisis sejarah gempa yang terjadi sejak puluhan
maupun ratusan tahun sebelumnya.Padahal, info sejarah sangat penting
mengingat bencana gempa adalah proses yang terus terjadi di kawasan
seperti Pulau Sumatera yang mempertemukan lempeng Asia dan lempeng
Australia.
“Yang
jelas di Pulau Sumatera ada potensi gempa karena pertemuan dua lempeng
tadi.Hanya,kapan dan berapa besar gempa yang terjadi tentu harus kita
analisis dari sejarah karena pergeseran lempeng umumnya terjadi secara
periodik,” ujarnya. Lebih jauh dia menjelaskan, terjadinya rentetan
bencana gempa di Pulau Sumatera sangat mungkin sebagai ulangan kejadian
serupa pada ratusan bahkan ribuan tahun sebelumnya.Karena itu, upaya
yang dilakukan BMKG saat ini adalah menganalisis sejarah dan terus
mencatat setiap kejadian terkait gerak lempeng tersebut.
Sebagai
langkah penanggulangan BMKG memberi informasi cepat dalam hitungan
empat sampai lima menit untuk menyampaikan kemungkinan kerusakan dan
bencana susulan yang bisa ditimbulkan. Baik berupa kemungkinan kerusakan
rumah dan gedung dilihat dari kerasnya guncangan, maupun potensi air
pasang ataupun tsunami jika gempa tersebut terjadi di laut.
Bencana Gempa dan Tsunami Aceh, 26 Desember 2004, Kisah Kelam di Ujung Tahun.
26 Desember 2004…..
Gempa bumi tektonik berkekuatan 8,5
SR berpusat di Samudra India (2,9 LU dan 95,6 BT di kedalaman 20 km (di
laut berjarak sekitar 149 km selatan kota Meulaboh, Nanggroe Aceh
Darussalam). Gempa itu disertai gelombang pasang (Tsunami) yang
menyapu beberapa wilayah lepas pantai di Indonesia (Aceh dan Sumatera
Utara), Sri Langka, India, Bangladesh, Malaysia, Maladewa dan Thailand.
Menurut Koordinator Bantuan Darurat
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Jan Egeland, jumlah korban
tewas akibat badai tsunami di 13 negara (hingga minggu 2/1) mencapai
127.672 orang. Namun jumlah korban tewas di Asia Tenggara,
Asia Selatan, dan Afrika Timur yang sebenarnya tidak akan pernah bisa
diketahui, diperkirakan sedikitnya 150.000 orang. PBB memperkirakan
sebagian besar dari korban tewas tambahan berada di Indonesia. Pasalnya,
sebagian besar bantuan kemanusiaan terhambat masuk karena masih banyak
daerah yang terisolir.
Sementara itu data jumlah korban tewas
di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara menurut
Departemen Sosial RI (11/1/2005) adalah 105.262 orang. Sedangkan menurut
kantor berita Reuters, jumlah korban Tsunami diperkirakan sebanyak
168.183 jiwa dengan korban paling banyak diderita Indonesia, 115.229
(per Minggu 16/1/2005). Sedangkan total luka-luka sebanyak 124.057
orang, diperkirakan 100.000 diantaranya dialami rakyat Aceh dan Sumatera
Utara.
Iitulah kisah suram 5 tahun silam yang
terjadi di penghujung tahun 2004 silam. Namun, seiring waktu berjalan,
segala perbaikan terus berjalan. Setidaknya, begitulah yang terbaca dan
terdengar di media massa.
Akan tetapi, ironinya, masih terlihat
adanya barak-barak yang berpenghuni, seperti di bantaran sungai Krueng
Aceh, yang di kenal dengan Barak Bakoy.
Memang kita tidak bisa menduga, apa yang terjadi ? Dengan dana yang
melimpah, di dukung oleh sumber daya manusia yang multi culture,
high intelegence, tapi semua ini masih terhidang di depan kita.
Ratusan Warga NTT Tewas Diterjang Tsunami |
Kupang, NTT - Bencana tsunami setinggi 20 meter akibat gempa bumi berkekuatan 7,2 skala richter dengan kedalaman 10 kilometer, Jumat (28/8) siang tadi melanda Kupang Nusa Tenggara Timur dan memecah kegalauan musim kemarau yang terjadi saat ini karena bencana itu menewaskan ratusan orang dan melukai ribuan warga lainnya yang bermukim disepanjang pesisir utara Kota Kupang. Warga yang sedang menyaksikan fenomena alam laut surut jauh tiba tiba dikejutkan dengan sirene bahaya tsunami dan datangnya gelombang laut secara tiba-tiba membuat warga berhamburan melarikan diri dari terjangan tsunami. Namun ganasnya gelombang tsunami membunuh ratusan warga yang tak sempat melarikan diri. Jasad para korban tergeletak berserakkan di pesisir pantai.Amukkan alam ini segera membangkitkan semangat kepedulian sosial warga bersama aparat keamanan yang segera melakukan bantuan penyelamatan terhadap ratusan warga yang terluka dengan mengevakuasi jasad para korban. Ratusan anggota TNI dibantu team search and rescue dengan seluruh kemampuannya mengevakuasi ratusan warga yang terluka maupun ratusan jasad yang bertebaran di pesisir pantai maupun yang hanyut di laut. TNI pun mengerahkan helikopter untuk melakukan penyisiran lewat udara untuk mencari ratusan warga yang dilaporkan hilang terbawa arus balik tsunami. Dari catatan team medis, terdata 400 warga menderita luka-luka serius dan mengalami patah tulang, 300 di antaranya meninggal dunia dan ratusan lainnya masih dinyatakan hilang. Para korban pun harus menjalani perawatan medis di tenda darurat, posko kesehatan yang langsung didirikan satuan TNI AD di kawasan pelabuhan Tenau Kota Kupang. Aksi penyelamatan ini dilakukan sebagai simulasi penanggulangan bencana alam tsunami yang merupakan ancaman nyata bagi warga Indonesia , khususnya NTT yang tarmasuk daerah rawan tsunami. Danrem 161 Wirasakti, Kolonel Inf. Dody Usodo Hargo Suseno kepada wartawan dilokasi simulasi menjelaskan, kegiatan simulasi yang dilakukan pihaknya bersama intansi terkait dan masyarakat itu dimaksudkan untuk meningkatkan koordinasi antar instansi dalam menangani sebuah musibah. Dikatakan, simulasi penanggulangan bencana tsunami ini diikuti oleh 500 lebih personil TNI AD dan AL , badan SAR NTT dan warga tenau. Dirinya mengaku gembira karena masyarakat mau diajak untuk mengikuti simulasi tersebut. Karena itu, dirinya berharap simulasi itu dapat menyadarkan masyarakat bahwa NTT yang merupakan daerah kepulauan itu sewaktu-waktu bias saja terkena bencana tsunami. |